HUT ke-44, Peragi Tingkatkan Kajian yang Implementatif untuk Pembangunan Pertanian

Sariagri - Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi), salah satu organisasi perhimpunan tertua di Indonesia, tahun ini telah menginjak usia ke-44. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyampaikan apresiasi terhadap kontribusi Peragi selama ini atas pemikiran-pemikiran untuk pembangunan pertanian Indonesia. Menurut Syahrul, pemikiran dan referensi Peragi menjadi bagian sangat penting untuk membangun agregasi, konsepsi, program dan aktivitas di Kementerian Pertanian. “Saya berharap Peragi tidak hanya menghasilkan dan memberikan karya-karya ilmiah dan hasil seminarnya tetapi juga bisa mengembangkan hasil karya ilmiah menjadi implementatif,” kata Syahrul dalam HUT Peragi Ke-44 secara virtual, Selasa (30/11). Syahrul mendorong dan mendukung Peragi untuk menghasilkan karya dan pemikiran yang dapat diimplementasikan di lapangan sehingga dapat menjadi bagian dari rekomendasi kepada pemerintah untuk penguatan program ketahanan pangan. “Kami berharap hasil seminar yang implementatif itu menjadi bagian dari rekomendasi kepada Kementan yang membutuhkannya, agar bisa membuat sebuah program dan agenda bersama yang lebih pasti untuk penguatan ketahanan pangan. Saya berharap Peragi menjadi sebuah organisasi yang menghadirkan bakti kepada bangsa dan negara yang kita cintai,” ungkap dia. Ketua Umum Peragi, Andi Muhammad Syakir mengatakan bahwa momentum bertambah usianya Peragi harus dijadikan untuk melihat hal yang sudah dan akan dikerjakan. Menurut Syakir, sudah banyak pemikiran dan hasil seminar yang dilakukan Peragi selama ini dalam membantu menguatkan pertanian Indonesia. Kendati demikian, Syakir mengatakan masih menjadi pekerjaan rumah besar untuk menghasilkan pemikiran dan riset yang implementatif. “Memang seperti yang dikatakan Mentan bahwa yang diperlukan itu bukan hanya pemikiran saja tetapi juga bisa diimplementasikan bersama untuk membuat percontohan skala besar di lapangan yang bisa meningkatkan efektifitas, efisiensi, nilai tambah dan pendapatan petani,” ujar Syakir. Syakir menekankan, bahwa indikator kemakmuran masyarakat dan masalah ketahanan pangan menjadi PR besar bagi Peragi untuk menciptakan sebuah solusi yang inovatif dan implementatif. “Oleh karena itu, dalam kesempatan ini mungkin Peragi perlu membangun suatu lembaga khusus yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk mengimplementasikan secara konkrit hasil pemikiran Peragi dalam skala besar di lapangan,” kata Syakir. Lebih lanjut Syakir menyampaikan bawah faktor eksternal seperti fluktuasi iklim yang terjadi begitu cepat dan sulit diprediksi mengharuskan Peragi untuk mulai memasukan inovasi teknologi pertanian yang kompatibel dengan tantangan masa kini. “Kita memerlukan inovasi yang sesuai dengan sumberdaya yang ada dengan karakteristik Indonesia untuk kemajuan pertanian,” tambah Syakir. Video terkait:
http://dlvr.it/SDn0fn

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama